Jumat, 21 Agustus 2015

Jatuh cinta sama temen sendiri

Sebenarnya tulisan ini udah mau di-post sejak beberapa pekan lalu. Tapi karena laptop Dedek keyboard-nya eror, charger-nya rusak, dan WiFi di rumah labil banget hidup-koma-hidup-koma mulu jadi tertunda buat nge-post. 

Oke, itu curhat gak penting. Buat manjang-manjangin tulisan doang sih. Hehe. 

Setelah kemarin bahas buku Senior High Stress, kali ini gue mau bahas novel ke sekian yang gue baca dua bulan terakhir. Ini libur kuliah lama banget gue hampir membusuk rasanya. Jadi salah satu cara agar otak tetap waras adalah dengan membaca. 



Judul: Cermin-Cermin Impian 
Penulis:  Stella Olivia
ISBN: 978-602-02-4612-3 
Penerbit: Elex Media Komputindo 
Tebal halaman: vii + 196 
Tahun terbit: 2014 

Sinopsis: 
Kau jelas berbohong kalau kau berkata bahwa kau pindah ke Kudus untuk meraih impianmu. Karena sekarang aku tahu, impianmu ada di sini ---Tania. 

Hansen dan Tania berjanji mewujudkan impian bersama. Hansen ingin punya restoran sendiri, Tania ingin menerbitkan novel-novelnya. 

Siapa sangka perjalanan mereka bersama harus terhenti karena salah satu di antara mereka menemukan impian lain, kekasih hati. 

Hansen yang menyimpan rasa dan selalu disematkan label 'teman terbaik' oleh Tania memilih pergi. Dia menyembuhkan rasa sakit hati dengan mewujudkan impiannya. Sendirian. 

*** 

Dilihat dari covernya yang unyu gue kira ini bercerita tentang kisah persahabatan dan cinta abege berseragam putih-abu, ternyata bukan. 

Novel ini bercerita tentang seorang gadis bernama Tania, gadis yang gemar menulis dan bermimpi menjadi seorang penulis hebat. Tania berteman dengan Hansen, seorang koki nomor satu di salah satu restoran terkenal di kota yang sama. 

Novel ini ceritanya ringan tapi gemesin. Sederhana tapi menggigit. Gak begitu jelimet konfiknya, Hansen naksir Tania, Tania naksir teman sekantornya; Leo. Leo dan Tania kemudian pacaran. Meskipun Tania tetap menjadi teman baik Hansen, tapi tetap aja kedekatan mereka berubah setelah Tania punya pacar. 

Karakter Tania itu selain baik dan lugu, dia juga gak peka. Gak sadar sama sekali sama perhatian Hansen yang mengistimewakannya. Eh enggak, gue salah. Tania sadar diistimewakan oleh Hansen tapi dia gak sadar kalau Hansen memiliki perasaan lain untuknya. Perasaan sayang bukan sebagai teman baik, tapi sayang sebagai lelaki kepada perempuan. 

Di bab awal, gue gemes banget sama Tania yang udah jelas dikasih perhatian sama Tansen, dimasakin, ditemenin, dikasih hadiah, tapi tetep aja sayangnya sama Leo. Yah, seandainya ketika kita mencintai seseorang bisa muncul tulisan 'I love you' di jidat mungkin akan lebih mudah. Dan si Hansen gak bakal merasa menderita karena cintanya yang tertahan untuk Tania. 

Buku ini menarik, konfliknya tetep bikin gregetan meski tanpa tokoh antagonis yang sadis. Penjabaran perasaan Tania, dan Hansen di sini cukup baik. Bahasanya juga baku jadi enak dibaca. 

Jatuh cinta sama teman sendiri emang biasa tapi yang membuat gue tertarik sama cerita ini adalah ketulusan Hansen dan pemikiran Leo. Hansen rela gadis yang dicintainya memilih orang lain dan tetap bersikap baik meski jelas-jelas menurut gue si Hansen rugi waktu dan perasaan. Dan Leo...yah, dia jadi pacarnya Tania dan dia berperan penting. Tanpa Leo, Tania tidak akan menyadari perasaannya. 

Ohya, ada kalimat yang gue suka dari Leo di halaman 173 "...cinta yang tulus berbeda dengan terpesona karena ia mencoba belajar melihat seseorang dari ketertarikan orang lain padanya." 

"Cinta yang tulus tidak akan belajar mencintai seseorang dari orang lain. Cinta yang tulus tidak perlu mencoba melihat seseorang dari sudut pandang orang lain. Dan cinta yang tulus tidak akan mencari kelebihan yang membuatmu terlihat cukup pantas untuk dicintai." 

Itu kalimat yang diucapkan Leo kepada Tania. Oke, gue cukup terpesona sama tokoh Leo di sini. Cowok mana yang mau ngerelain ceweknya buat ngejar cintanya sendiri padahal udah ada cincin mengikat hubungan mereka? Cuma di novel ini kayaknya. 

Tapi ada ucapan Leo kepada Tania yang bikin gue bingung di halaman 172-173. 

"Lalu, aku mencoba melihatmu dari cara Hansen mencintaimu. Entah mengapa, tiba-tiba aku tertarik pada seorang Tania...." 

Errr... itu kan Leo bicara langsung sama Tania, kenapa gak langsung aja begini "Lalu, aku mencoba melihatmu dari cara Hansen mencintaimu. Entah mengapa, tiba-tiba aku tertarik padamu." 

In my sotoy opinion lebih tepat begitu deh ehehe. 

Selebihnya novel ini bagus, buat Kak Stella, Dedek kasih 3 bintang buat novel pertamamu ini. 

Maaf kalau banyak kekurangan dalam review-nya Kak. Maaf juga nge-post nya lama. Jangan sampai ada dengki diantara kita hahaha. #Ngaco