Selasa, 23 September 2014

Pria Hebat

Untuk Allah, aku menulis ini dalam keadaan hati yang berantakan. Bukan berantakan karena memiliki cinta untuk orang yang ternyata tidak memiliki rasa yang sama. Tolong, lindungi hatiku. Aku tak mau lagi sembarangan menjatuhkan cinta lalu akhirnya terluka. Biarkan aku jatuh cinta pada jodohku saja. Jika bukan dia orangnya, jauhkan dia dariku tanpa sedikitpun ada beban yang tersisa. Tentang dia itu siapa, Kau pasti sudah mengetahuinya.

Seperti malam-malam sebelumnya, aku ingin kembali bercerita. Tentang Pria yang namanya selalu kusebut paling awal dalam daftar doa-doaku. Meski doaku banyak, sebagai yang paling berkuasa atas atas semesta raya beserta isinya, Kau pasti tidak akan keberatan jika aku meminta banyak hal, bukan?

Kau mampu membuat langit berdiri tanpa tiang, Kau mampu membuat samudera dalam tanpa dasar, membuat gunung tinggi menjulang, membangun surga, menciptakan neraka, Kau mampu akan segalanya. Karena itu, karena tidak ada yang tidak mungkin bagiMu, aku memohon agar rahmatMu jangan terputus untuk Pria Hebatku.

Sepeninggal Ayah, Pria ini adalah satu-satunya Pria Hebat yang aku miliki. Aku memanggilnya Kakek. Tidak ada yang tahu kapan tepatnya Pria Hebatku lahir, hanya saja semalam sebelum dia dirawat di Rumah Sakit, dia mengatakan kepadaku bahwa sistem respirasinya sudah menghirup oksigen sejak delapan puluh tahun lalu. Delapan puluh tahun, ternyata sudah selama itu.

Dulu, delapan belas tahun yang lalu. Ketika aku baru akan dilahirkan ke dunia, Pria Hebat ini yang menunggui Mama selama melahirkanku. Meski aku bukan cucu yang lahir dari keturunannya, cintanya tetap sama. Tidak ada beda. Ketika keluarga kecilku kehilangan rumah untuk berteduh, Pria Hebat ini yang bersedia direpotkan, dan setia berbagi tempat tinggal dengan kami.

Dimasa kepemimpinannya sebagai Kepala Desa, aku tahu dia Pria yang bijaksana dan tenang. Aku tahu itu, karena kerendahan hatinya sampai sekarang meski sudah menua, orang-orang masih menghormatinya.

Kau pasti kenal pada Pria Hebat ini bukan? Pria Hebatku, tak pernah absen mengunjungi rumahMu untuk melaksanakan salat lima waktu. Tak peduli hujan deras, angin kencang, jalan yang becek, gelapnya malam, dinginnya subuh, atau panasnya matahari, dia tak peduli. Dia tak pernah telat apalagi sampai tidak datang ke rumahMu untuk beribadah disana.

Langkah kaki tuanya tak lelah untuk membangun kebaikan. Sebuah Masjid, Madrasah, dan Taman Kanak-Kanak Islam berhasil ia dirikan. Pria Hebatku tak bosan untuk membuat masyarakatnya lebih tahu, lebih berilmu.

Allah, dalam masa-masa kritisnya, juga hari setelah masa paling berat bagi dirinya, aku sangat memohon agar cinta dan rahmatMu jangan berhenti untuknya. Seperti dia yang setia kepadaMu meski tubuh tuanya sudah ringkih karena usia yang sudah sangat senja. Aku mohon.


 ***

31 Agustus 2014

Mohon doanya ya teman-teman sejak tulisan ini ditulis sampai sekarang, keadaan Kakekku belum membaik. Doakan yang terbaik ya. :')