Untuk
teman masa kecil yang telah tumbuh menjadi Pria dewasa
Selamat
malam, kamu. Aku tahu kabarmu sedang bahagia sekarang. Karena karena binar
bahagia itu terpancar dari bening mata elangmu. Dan terlukis jelas dari
lengkungan senyum dibibirmu.
Awalnya
aku tidak berniat menulis ini. Kenyataan tidak sesuai harapan hari kemarin, menyisakan
beban yang mengganggu pikiranku. Memang aneh, aku mengagumi seseorang yang
kalah bertanding di medan perang. Ketika dia kalah, semangatku pun ikut melemah.
Tidurku tidak nyeyak semalaman. Karena itu, tadinya aku berniat untuk tidur
lebih awal malam ini. Namun niatku
batal, aku menulis ini karena sudah tidak sanggup menahan rindu yang terus
mendesak untuk segera diungkapkan kepadamu.
Sudah
berapa lama kita tak berjumpa? Dua tahun? Sepertinya tiga tahun? Aku tidak
menghitung sudah berapa lama kita berpisah. Yang tidak kulupa, kita mengenal
sudah sangat lama. Sejak kita belum masuk sekolah TK. Jadi, tentang berapa lama
kita saling mengenal, bilangan tahunnya mungkin lebih dari separuh umur kita.
Bagaimana
kabar Ibu dan adikmu? Kuharap mereka sehat selalu. Karena itu yang terucap
dalam do’aku. Bagiku, keluarga kalian adalah keluargaku juga. Aku tidak lupa
pada keluargamu yang bersedia menjadi pegangan disaat keluargaku hampir terjatuh.
Adik
laki-lakimu sudah kelas berapa sekarang? Terakhir aku bertemu dengannya, dia
masih mengenakan seragam putih-merah. Tapi tingginya sudah menyaingi tinggi
badanku. Dia pasti tumbuh semakin besar sekarang. Sampaikan salamku untuknya
ya. Kapan-kapan kita bermain sepeda lagi, seperti dulu.
Lamanya
kita tidak berjumpa membutku sangat ingin bertemu. Ketika anak-anak, rasanya
bahagia begitu mudah tercipta. Aku ingat ketika kita tertawa lepas saat berhasil
menyerang kubu benteng lawan dalam permainan pasir.
Aku
masih ingat saat kau menculikku untuk melatihku mengendarai sepeda roda dua.
Kita pergi sembunyi-sembunyi, karena takut ketahuan Ibu yang khawatir,
panas-panasan membuat kita mudah terserang penyakit ingusan.
Aku juga
ingat saat kau menggendongku pulang ke rumah, karena aku terjatuh ketika bermain
bola. Aku memang nakal. Tidak seharusnya anak perempuan bermain bola. Namun
yang kurasakan saat itu, aku merasa lebih nyaman dan lebih menyenangkan bermain
denganmu.
Kamu
ingat, saat masih anak-anak kita memiliki beberapa kaos yang sama? Jika
seandainya sekarang kita masih memakain pakaian seperti itu, aku yakin kita
menjadi sasaran empuk untuk di-bully dengan kata norak.
Kita
kompak. Namun sayangnya, kita harus tumbuh ditempat yang berbeda. Setelah
kepindahanku ke Kota Intan, aku hampir tidak pernah pulang menemuimu. Kita masih
sangat belia, terlalu muda untuk menaklukan jarak yang membuat kita terpisah
jauh.
Sialnya,
disini aku tidak lagi memiliki teman baru sebaik kamu yang setia melindungi. Yang
keluarganya tulus menyayangi keluargaku. Aku rindu mata elangmu yang akan
menunjukan tatapan tajam, ketika anak-anak nakal mengusik ketenangan kita.
Tatapan tajam itu seperti hendak merekam siapa saja yang mengganggu. Namun
kadang, tatapan itu juga bisa berubah menjadi tatapan teduh yang penuh kasih.
Ohya,
aku sudah melihat status barumu di beranda Facebook-ku. Selamat atas
kemenanganmu meraih hati perempuan itu. Sampaikan juga salamku untuk kekasihmu.
Aku memang tidak mengenal siapa perempuan itu. Aku tidak menuding dia penyebab perubahan
sikapmu yang tak pernah lagi menyapaku lebih dulu. Tak lagi mengingat hari
ulang tahunku. Bahkan yang paling menyakitkan, sering pesan BBMku hanya dibaca
tanpa kau jawab.
Aku
tak tahu apa yang membuatmu berubah. Apakah aku punya salah? Seingatku, malam
sebelumya kita masih baik-baik saja. Sudahlah, aku tidak ingin bertengkar. Aku juga
tidak ingin merusak kebahagiaan hubungan kalian yang baru terjalin beberapa jam
yang lalu.
Aku
begitu sadar siapa diriku. Aku hanya perempuan yang datang dari masa lalumu. Seseorang megnatakan
kepadaku, bahwa yang pertama memang selalu istimewa tetapi bisa berubah menjadi
tidak berarti apa-apa ketika posisinya tergeser oleh yang selalu ada. Dan
sekarang aku merasakannya.
Dari temanmu yang jauh
datang berkunjung sambil menyimak, o iya minal aidin walfaidin ya, ditunggu kunbalnya
BalasHapusSaya mengucapkan minal aidin walfaidin mohon maaf lahir dan batin, salam
BalasHapussiapakah orang itu ya? penasaran juga.. kekasih atau teman lama atau siapa ya?
BalasHapusAda aja. :p
Hapus