Waktu sudah
semakin sore saat kulihat jam yang terpaku didinding menunjukan pukul 4. Sudah
lama aku menunggu, namun Rangga tak juga datang. Wajah ceriaku sudah luntur
menjadi lusuh, dan mataku sembab menangis.
Happy birthday Dear, tunggu aku dirumahmu.
Pesan
singkat terakhir yang Rangga kirimkan tadi pagi. Isinya tetap tidak berubah. Namun
sampai sekarang Rangga belum datang juga. Hatiku bertanya sampai kapan aku
harus menunggu? Kesabaranku berubah menjadi kekesalan. Ini adalah hari ulang
tahun ke 17-ku. Tidak ada perayaan,
karena kupikir menghabiskan waktu bersama Rangga akan lebih menyenangkan. He’s
my first love sempat terpikir bahwa my first love is my first heart break.
Aku
kecewa. Yang kulakukan hanya mengurung diri, keadaan mungkin akan lebih baik
jika sahabatku Nova datang menenangkan, hanya saja Nova sedang diluar kota.
Akhir
minggu dan ulang tahunku terasa kelabu, meski sebenarnya langit cerah berwarna
biru. Aku menatap keluar jendela, berharap pagar rumahku terbuka, dan Rangga
datang bersama seikat mawar merah yang indah. Namun mustahil, mengharapkan Rangga
bersikap romantis sulit menjadi nyata. Rangga bahkan tak banyak bicara. Karena
menurutnya tak perlu banyak kata untuk mengungkapkan cinta.
Setiap
bel rumahku berbunyi kuharap itu Rangga. Namun tidak, Rangga bahkan tak bisa
kuhubungi. Membuat kekesalanku semakin menjadi-jadi.
“Mutiara,
keluar Nak makan dulu” suara Mama menembus daun pintu. Terucap beberapa detik
kemudian setelah suara ketukan. Aku diam dan tak ingin menjawab. Hilangnya
kabar dari Rangga begitu mengacaukan pikiran, membuatku tak berselera makan.
“Mutiara
keluar!” kali ini suara Kak Intan yang terdengar.
“Aku
nggak lapar!” jawabku. Ada sedikit isakan saat kalimat itu terucap. Aku kecewa.
Beep handphone ku berbunyi, kuharap itu
kabar dari Rangga ternyata bukan. Segera kutekan tombol read di layar handphoneku.
1 New message received
Read
Mut, lo nyariin Rangga? Rangga ada kok
dirumahnya. Barusan gue lewat kesana, lagi sama cewek, gak tau siapa. Dari pada
salah lo cek aja deh!
Kepalaku terasa pening membaca pesan dari Fajar. Apa mungkin kecewa dapat
menyebabkan pusing kepala dan badan lemas tak betenaga? Entahlah, aku tak tahu
dari tadi aku hanya bertanya dan menjawab sendiri pertanyaan yang dipikirkan
otakku.
Sempat
terpikir Fajar hanya ingin membuat Rangga terlihat salah dimataku, apalagi
setelah ungkapan persaannya sepulang sekolah kemarin. Ah tak peduli. Tanpa berpikir
panjang aku mengambil langkah untuk pergi. Tak kuhiraukan panggilan Mama dan
Kak Intan. Segera aku menuju rumah Rangga, aku harus tahu semuanya.
***
“Mutiara?”
hanya itu yang kudengar saat Rangga melihatku datang tiba-tiba. Ekspresinya tak
dapat kudefinisikan.
“Kamu
biarin aku nunggu! Siapa dia?” pertanyaanku terdengar begitu cemburu.
Perasaanku seperti mendidih saat melihat perempuan duduk manis dan dipangkuan
perempuan itu terbungkus kado berwarna merah muda. Warna kesukaanku. Perasaanku
makin tak menentu saat kulihat tangan kanan Rangga menggenggam seikat mawar
merah. Aku hanya tertunduk dan menangis.
Perempuan
itu bangun dari duduknya. Berdiri disamping Rangga yang ekspresinya seperti kaget dan tidak percaya dengan kedatanganku.
“Dia
Maya teman SMP-ku dulu. Dia bantu aku nyiapin surprise dan kado ini buat kamu,
tapi...”
Rangga
seperti tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Nada bicara Rangga terdengar
sedikit menyesal. Mungkin karena merasa gagal. Akupun tak bicara apa-apa yang
kulakukan hanya memeluknya.
“Maaf
Dear, bukan maksud cuekin kamu tapi...aku cuma mau buat hari ulang tahun kamu
special. Aku yang salah, semuanya gak tepat waktu. Aku emang gak bisa...”
Kusentuhkan
telunjukku dibibirnya. Isyarat agar Rangga tak melanjutkan kalimatnya. Aku
berjinjit untuk mencium pipinya, sekedar untuk meyakinkan bahwa usahanya tak
sia-sia.
***
Cieeeeeeee ada yg genit cium pipinya Rangga...ga boleh!!!! masih kecil hahaha
BalasHapusco cweet Cippa :P
ahaha itu kan fiksi Bu Guru hehe :D
HapusKalau seseorang yang spesial bertambah usia memang spertinya jadi hari yang paling berkesan,
BalasHapusceritanya kece banget =)
hehe thankyou bang, ah bisa aja nih bang ujay kan lebih senior :D
Hapusngga ada yang junior atau senior kok dalam menulis cerita, karena kita semua bisa bercerita, yang ada kita sama-sma sedang belajar =)
Hapusaiiihh haha sip deh bang, yahaa seneng deh kalo udah punya temen ramah begini. jadi gak canggung buat ngajak sharing :D
HapusAsyiiiik dianggap temen sama Syifa, *terus jabat tangan ..
Hapus:)
Hapuswahahaha ..
BalasHapuskeren lu ..
gua pikir ceritanya gampang ketebak, ternyata gak juga ..
apalagi endingnya itu ..
co cweet*hueekk
hha
apadeh haha emang gitu bang disuruh ada adegan romantisnye haha :D
Hapusikut lomba yah...?
BalasHapusyahaa iya nih Mas Jay, iseng aja diajakin temen :D
Hapusmenyimak dan support aja :)
BalasHapushehe terimakasih :)
Hapus