Jumat, 23 Maret 2012

[Holiday Writing Challenge] My First Love Bab 12



Waktu sudah semakin sore saat kulihat jam yang terpaku didinding menunjukan pukul 4. Sudah lama aku menunggu, namun Rangga tak juga datang. Wajah ceriaku sudah luntur menjadi lusuh, dan mataku sembab menangis.
          
  Happy birthday Dear, tunggu aku dirumahmu.
           
Pesan singkat terakhir yang Rangga kirimkan tadi pagi. Isinya tetap tidak berubah. Namun sampai sekarang Rangga belum datang juga. Hatiku bertanya sampai kapan aku harus menunggu? Kesabaranku berubah menjadi kekesalan. Ini adalah hari ulang tahun ke 17-ku.  Tidak ada perayaan, karena kupikir menghabiskan waktu bersama Rangga akan lebih menyenangkan. He’s my first love sempat terpikir bahwa my first love is my first heart break.
           
Aku kecewa. Yang kulakukan hanya mengurung diri, keadaan mungkin akan lebih baik jika sahabatku Nova datang menenangkan, hanya saja Nova sedang diluar kota.
           
Akhir minggu dan ulang tahunku terasa kelabu, meski sebenarnya langit cerah berwarna biru. Aku menatap keluar jendela, berharap pagar rumahku terbuka, dan Rangga datang bersama seikat mawar merah yang indah. Namun mustahil, mengharapkan Rangga bersikap romantis sulit menjadi nyata. Rangga bahkan tak banyak bicara. Karena menurutnya tak perlu banyak kata untuk mengungkapkan cinta.
            
Setiap bel rumahku berbunyi kuharap itu Rangga. Namun tidak, Rangga bahkan tak bisa kuhubungi. Membuat kekesalanku semakin menjadi-jadi.
            
“Mutiara, keluar Nak makan dulu” suara Mama menembus daun pintu. Terucap beberapa detik kemudian setelah suara ketukan. Aku diam dan tak ingin menjawab. Hilangnya kabar dari Rangga begitu mengacaukan pikiran, membuatku tak berselera makan.
            
“Mutiara keluar!” kali ini suara Kak Intan yang terdengar.
            
“Aku nggak lapar!” jawabku. Ada sedikit isakan saat kalimat itu terucap. Aku kecewa.
            
Beep handphone ku berbunyi, kuharap itu kabar dari Rangga ternyata bukan. Segera kutekan tombol read di layar handphoneku.

1 New message received
Read         
Mut, lo nyariin Rangga? Rangga ada kok dirumahnya. Barusan gue lewat kesana, lagi sama cewek, gak tau siapa. Dari pada salah lo cek aja deh!

 Kepalaku terasa pening membaca pesan  dari Fajar. Apa mungkin kecewa dapat menyebabkan pusing kepala dan badan lemas tak betenaga? Entahlah, aku tak tahu dari tadi aku hanya bertanya dan menjawab sendiri pertanyaan yang dipikirkan otakku.
            
Sempat terpikir Fajar hanya ingin membuat Rangga terlihat salah dimataku, apalagi setelah ungkapan persaannya sepulang sekolah kemarin. Ah tak peduli. Tanpa berpikir panjang aku mengambil langkah untuk pergi. Tak kuhiraukan panggilan Mama dan Kak Intan. Segera aku menuju rumah Rangga, aku harus tahu semuanya.
                                                                        ***                                                   
            
“Mutiara?” hanya itu yang kudengar saat Rangga melihatku datang tiba-tiba. Ekspresinya tak dapat kudefinisikan.
            
“Kamu biarin aku nunggu! Siapa dia?” pertanyaanku terdengar begitu cemburu. Perasaanku seperti mendidih saat melihat perempuan duduk manis dan dipangkuan perempuan itu terbungkus kado berwarna merah muda. Warna kesukaanku. Perasaanku makin tak menentu saat kulihat tangan kanan Rangga menggenggam seikat mawar merah. Aku hanya tertunduk dan menangis.
            
Perempuan itu bangun dari duduknya. Berdiri disamping Rangga yang ekspresinya seperti kaget dan  tidak percaya dengan kedatanganku.
            
“Dia Maya teman SMP-ku dulu. Dia bantu aku nyiapin surprise dan kado ini buat kamu, tapi...”
            
Rangga seperti tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Nada bicara Rangga terdengar sedikit menyesal. Mungkin karena merasa gagal. Akupun tak bicara apa-apa yang kulakukan hanya memeluknya.
            
“Maaf Dear, bukan maksud cuekin kamu tapi...aku cuma mau buat hari ulang tahun kamu special. Aku yang salah, semuanya gak tepat waktu. Aku emang gak bisa...”
            
Kusentuhkan telunjukku dibibirnya. Isyarat agar Rangga tak melanjutkan kalimatnya. Aku berjinjit untuk mencium pipinya, sekedar untuk meyakinkan bahwa usahanya tak sia-sia.

***



14 komentar:

  1. Cieeeeeeee ada yg genit cium pipinya Rangga...ga boleh!!!! masih kecil hahaha
    co cweet Cippa :P

    BalasHapus
  2. Kalau seseorang yang spesial bertambah usia memang spertinya jadi hari yang paling berkesan,

    ceritanya kece banget =)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe thankyou bang, ah bisa aja nih bang ujay kan lebih senior :D

      Hapus
    2. ngga ada yang junior atau senior kok dalam menulis cerita, karena kita semua bisa bercerita, yang ada kita sama-sma sedang belajar =)

      Hapus
    3. aiiihh haha sip deh bang, yahaa seneng deh kalo udah punya temen ramah begini. jadi gak canggung buat ngajak sharing :D

      Hapus
    4. Asyiiiik dianggap temen sama Syifa, *terus jabat tangan ..

      Hapus
  3. wahahaha ..
    keren lu ..
    gua pikir ceritanya gampang ketebak, ternyata gak juga ..
    apalagi endingnya itu ..
    co cweet*hueekk
    hha

    BalasHapus
    Balasan
    1. apadeh haha emang gitu bang disuruh ada adegan romantisnye haha :D

      Hapus
  4. Balasan
    1. yahaa iya nih Mas Jay, iseng aja diajakin temen :D

      Hapus