Sabtu, 09 April 2016

Review Diary Cinta Sally

"Cinta itu menerima apa adanya,
hanya untuk hal-hal yang tidak bisa kita ubah.
Untuk yang bisa kita ubah,
harus kita upayakan atas nama perjuangan.” Hlm. 6





Judul: Diary Cinta Sally
Penulis: Ayu@momalula
Penerbit: PT Elex Media Komputindo, 2016
Tebal: 164 halaman

Buku ini hadiah ulang tahun ke-20 saya dari Kak Elsa Yuliana. Sahabat virtual yang sudah saya kenal sejak masih duduk di bangku SMK tetapi belum pernah ketemu, karena tinggalnya jauh di Kalimantan sana. Seingat saya, kami sudah mengenal sejak tahun 2011, sekarang sudah 2016. Lama juga ya saya bisa berteman dengan orang yang sebelumnya gak pernah saya tatap langsung wajahnya? Semoga kami akan tetap berteman sampai selamanya.

Kesan pertama yang saya baca dari buku ini adalah ... so cute! Bukunya lucu, ada banyak ilustrasinya, quotes-quotes-nya juga ajib. Cocok deh buat remaja muslimah.

Tokoh utama dalam cerita ini adalah gadis bernama Sally. Putri satu-satunya dari sepasang orang tua yang pengasih. Sally ini muslimah muda yang berhati baik, sahabat-sahabatnya juga saleha dan cantik. Nama kedua sahabatnya Amel dan Nisa.

Dalam diary yang cantik ini, saya disuguhkan tentang perjalanan cerita cinta seorang gadis saleha yang jatuh-bangun untuk menemukan cinta sejatinya. Buku ini sama sekali gak mengisahkan tentang berjalannnya sebuah hubungan yang disebut pacaran. Gak ada pacaran-pacarannya sama sekali dalam cerita ini! Namun kamu akan dibikin senyum-senyum sendiri sama tingkah tokoh-tokohnya juga rasa gemas pada konflik ceritanya.

***

Sally mengagumi kakak kelasnya semasa SMA, Salman namanya. Sally naksir karena Salman yang saleh dan karismatik. Dia sering stalking akun Twitter Salman, menghapal baik-baik apa yang disukai dan tidak disukai Salman (tentang perempuan) dari tweet-tweet-nya. Saat Sally berubah untuk menjadi seorang gadis yang Salman sukai, di saat yang sama Salman juga mengumumkan kabar tentang pernikahannya dengan perempuan bernama Iffah.

Entah kenapa pas bagian ini saya jadi nyesek sendiri. Bukan karena pengalaman ya ...! Tetapi karena ngenes aja gitu, itu cowok tahu kita naksir aja enggak, eh sebelum cinta terungkapkan udah patah hati duluan. :’D

“Tempatkan ikhlas diantara apapun perasaan hati,

agar setiap rasa seperti sama.
Suka duka biasa saja, karena hanya ada nama Allah di atas segala.”
Hlm. 108


Setelah itu Sally berkali-kali taaruf dengan ikhwan-ikhwan lain. Dan, kisah cinta Sally gak semulus yang saya duga. Ada aja hambatan, ada aja yang mengecewakan, padahal dalam pandangan saya, Sally ini gadis yang saleh dan nyaris sempurna.

Sayangnya ending dari cerita ini menggantung, kayaknya endingnya memang disiapkan dalam Diary Cinta Sally edisi selanjutnya.

***

Ada banyak quotes, tips move on, tips siap menikah, dan pelajaran baru tentang dasar pernikahan yang saya dapatkan dari buku ini. Saya jadi tahu seperti apa proses taaruf, saya jadi mengerti kalau ternyata mempersiapkan diri untuk (kelak) menjadi seorang istri itu harus dimulai sejak dini. Saya jadi termotivasi untuk memantaskan diri, supaya saya dapat jodoh yang super keren nanti :p

Saya jadi paham kalau menikah itu ibadah. Dan, yang namanya ibadah sebaiknya enggak ditunda-tunda. Anggapan saya selama ini, setelah kuliah kerja aja dulu sampai mapan, nikahnya nanti aja belakangan. Padahal seharusnya nikah itu disegerakan untuk orang-orang yang sudah mampu.

“Menikah tak semudah bertemu lalu jatuh cinta,
kita perlu memilih seseorang yang mau berjuang,
lebih dari sehari dua hari, adalah sepanjang usia.” Hlm. 35


Awalnya saya sempat bingung juga kenapa Kak Elsa ngasih buku nikah-nikahan gini, padahal kan, saya baru 20. Tetapi kata Kak Elsa, dalam suratnya, buku yang dia berikan ini insya Allah bermanfaat buat saya. Dan ... kenyataannya memang begitu. Terima kasih ya Kak Elsa :’D

“Bukan tentang siapa yang benar siapa yang salah, 
meminta maaf itu tentang menjaga hubungan dan meraih ridho-Nya.” Hlm. 112

Dan ... dari sekian banyak quotes dalam Diary Cinta Sally, saya paling suka kalimat ini:


9 komentar:

  1. Waduh mbak saya membaca artikel mbak itu sambil senyam-senyum sendiri mbak, pokoknya seru banget mbak :) saya jadi penasaran sama bukunya jadi pengen baca langsung di rumah ...

    BalasHapus
  2. Hmmm muantappp juga mbak diarynya keren.

    BalasHapus
  3. Saya agak nyesek juga baca reviewnya buku ini.. bukan apa-apa ya, saya jadi ingat ke diri saya sendiri yang suka menunda-nunda pernikahan..padahal pernikahan itu adalah suatu ibadah..ini juga yg sering dikatakan oleh orangtua saya kepada saya..

    Hemmm...harus buru-buru nikah nich...hehe

    Jujur...bukunya keren nich, walaupun baca baca reviewnya, tapi banyak pesan moral dan motivasi yg dapat dijadikan sebagai pembelajaran diri

    BalasHapus
  4. Eng... nggak tau kenapa, di quote yang ada di halaman 6 itu aku mengangguk-ngangguk tanda setuju :')

    Baguuuus nih mbak bukunya :D duuuuh, belum update bacaan baru -_- banyaaak yang bagus juga ya sekarang :'

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beli buat pacarnya beliii. Hahahaha biar makin salehah. Wkwkw.

      Hapus
  5. duh kan, pagi-pagi udah dikasih emote :')

    kayaknya balik kerja mampir ke Gramedia deh.

    BalasHapus
  6. Sebenarnya semua buku bacaan punya manfaatnya tersendiri. Ada yang tersurat dan ada yang tersirat. Jadi ya pinter-pinter kitanya aja bisa atau tidak mengambil hikmah atau manfaat dari sebuah bacaan hehehe
    Btw... boleh juga tuh bukunya. Daku jadi pengen tau gimana sih proses taaruf ._.

    BalasHapus
  7. wah ada gambarnya ya bukunya. sepertinya ini buku yang ringan untuk dibaca namun memiliki muatan pesan yang bermanfaat untuk para pembaca ya. jadi kepengen baca juga jadinya.

    BalasHapus
  8. Teman jauh. Semoga suatu saat dipertemukan.

    Kadang yah, seseorang masih aja nge-judge buku tanpa dilihat dulu dslemnya, hihi..

    Kalo dari reviewnya ini buku bagus, apalagi buat perempuan2 muslim. Baca tulisannya lalu ambil hikmahnya. :)

    BalasHapus